Karier politik Gorbachev dirintisnya di Komsomol (Liga Pemuda Komunis) tempat latihan tradisional bagi para anggota partai komunis. Posisinya menanjak cepat dan pada 1971 dia menduduki salah satu kursi Komite Sentral PKUS. Dia menjadi anggota penuh Politbiro PKUS pada Oktober 1980 dalam usia 49, menjadi anggota termuda di lingkaran dalam PKUS.
Pada saat diangkat sebagai pemimpin Soviet, 11 Maret 1985, ia mengangkat para pembantunya dari kalangan politisi muda usia. Dia segera membuat perubahan-perubahan di tingkat-tingkat bawah struktur kekuasaan. Bersamaan dengan pergantian personel, Gorbachev membuat langkah-langkah mengatasi korupsi dan ketidakkompetenan dalam organisasi PKUS, mengkampanyekan gerakan anti-konsumsi alkohol, dan mencoba mengatasi kemunduran ekonomi Uni Soviet.
Pada 1986 Gorbachev mengambil kebijakan radikal setelah dia merasa frustrasi atas resistensi birokratik yang dihadapinya. Dia mulai menggulirkan perestroika (pembangunan kembali) masyarakat dan ekonomi dan memaklumatkan bahwa glasnost (keterbukaan) harus dilakukan di pemerintahan, partai, dan media massa. Langkah Gorbachev berlanjut dengan menjalankan demokratizatsiia (demokratisasi) rezim Soviet sejak Januari 1987.
Salah satu akibat dari kebijakan Gorbachev adalah melemahnya kontrol rezim komunis Uni Soviet. Menghadapi ekonomi yang merosot dan ketidakstabilan politik, Uni Soviet terancam pecah. Tiga republik Baltik: Estonia, Latvia, dan Lithuania menentang kepemimpinan Soviet. Tetapi tantangan paling besar datang dari Republik Rusia, yang penduduknya mencapai lebih dari separo penduduk Soviet. Pada Mei 1990, Boris Yeltsin, pengkritik Gorbachev paling keras, terpilih sebagai ketua parlemen Rusia. Pada Juni 1991, Yeltsin terpilih sebagai Presiden Rusia.
Gorbachev diapit oleh Ben Kingsley dan Leonardo di Caprio |
Menghadapi tekanan dari negara-negara pendukungnya, bubarnya Uni Soviet tinggal menunggu waktu. Pada 19 Agustus 1991, sekelompok pembantu terdekat Gorbachev—para komunis konservatif di level atas pemerintahan—melakukan kup terhadap Gorbachev dengan mendeklarasikan keadaan darurat. Gorbachev, di bawah penjagaan di rumah musim panasnya, menolak skenario yang mereka inginkan. Keengganan Gorbachev segera disambut demonstrasi jalanan di Moskow yang dipimpin oleh Yeltsin. Pada 24 Agustus Gorbachev mundur dari jabatan sekjen PKUS.
Usaha-usaha Gorbachev untuk membentuk federasi gabungan, suatu bentuk pemerintah pusat transisi, gagal total. Semua republik Soviet, kecuali Rusia dan Kazakhstan, menyatakan kemerdekaan dari Uni Soviet pada Oktober. Para pemimpin Rusia, Ukraina, dan Belarusia kemudian menyatakan bahwa Uni Soviet telah bubar dan mengumumkan pembentukan aliansi longgar yang disebut Perserikatan Negara-Negara Merdeka. Gorbachev akhirnya mundur sebagai Presiden Uni Soviet pada 25 Desember.
Setelah mundur dari jabatan-jabatannya, Gorbachev tetap aktif di Yayasan Gorbachev yang bergerak di bidang riset sosial, ekonomi, dan politik yang didirikannya pada Desember 1991. Meskipun banyak orang Rusia menyalahkan dirinya atas kerusakan-kerusakan yang terjadi setelah era Uni Soviet. Gorbachev mencoba bersaing dalam pemilihan presiden Rusia pada 1996. Namun ia gagal bersaing dengan Boris Yeltsin yang saat itu telah tampil menjadi “pahlawan” bagi orang-orang Rusia.
(Sumber: Sang Pemimpin, Ready Susanto, Penerbit Bejana, 2010)