Ketika Partai Ba’ath menguasai Bagdad pada 1963, Saddam kembali ke negerinya. Dia menikah dengan perempuan yang masih terhitung sepupunya, Sajida. Namun Partai Ba’ath hanya berkuasa beberapa bulan dan kemudian digulingkan. Saddam pun masuk penjara hingga kudeta berikutnya terjadi pada Juli 1968. Partai Ba’ath berkuasa lagi, di bawah kepemimpinan Jenderal Ahmad Hassan Bakri. Saddam memperoleh jabatan wakil presiden dan Kepala Dewan Komando Revolusioner Irak. Dalam waktu singkat dia membangun jaringan polisi rahasia dan menyapu bersih para pembangkang.
Sebelas tahun menjadi tokoh di belakang layar, pada 1979 Saddam naik menggantikan Bakri. Pengalaman sebagai seorang revolusioner membuat Saddam selalu waspada pada perbedaan pendapat. Segera setelah menduduki posisi tertinggi di Irak, dia melakukan pembersihan dan menyingkirkan puluhan pejabat pemerintah yang diduga tidak loyal.
Saddam beberapa kali mengundang perhatian dunia internasional. Khawatir pada revolusi Islam Iran, dan adanya keinginan untuk menguasai Terusan Shatt al-Arab membuat Saddam menyerang Iran pada 1980. Namun Iran ternyata lebih tangguh dari dugaannya. Setelah berperang selama delapan tahun, kehilangan ribuan orang, dan ekonomi Irak terpuruk, Saddam akhirnya setuju untuk melakukan gencatan senjata.
Saddam Hussein di depan rakyatnya. |
Pada Oktober dan November 1997, Saddam menolak memberi izin AS untuk ikut serta dalam program inspeksi senjata PBB di dalam wilayah Irak, namun akhirnya mau bernegosiasi. Hal yang sama terjadi pada 1998, yang berujung dengan sebuah serangan udara AS terhadap target-target di Irak. Tetapi dampak politik serangan ini menjadi jelas pada Januari 1999, AS ternyata menggunakan program inspeksi senjata PBB sebagai sarana untuk mendapatkan informasi intelijen.
Setelah peristiwa pengeboman WTC New York pada 11 September 2001, AS berperang habis-habisan melawan terorisme. Setelah menjatuhkan pemerintah Taliban di Afganistan, AS juga bersikeras untuk menyerang Irak. Saddam lagi-lagi melawan. Namun setelah serangan besar-besaran pasukan AS yang dibantu Inggris pada Maret-April 2003, Irak akhirnya bisa diduduki AS. Pada Desember 2003, Saddam Hussein ditangkap oleh pasukan AS di rumah bawah tanah di daerah kelahirannya, Tikrit. Saddam mulai diadili pada 2005 atas tuduhan memerintahkan pembunuhan terhadap 150 orang di Dujail pada 1982. Pada November 2006 dia dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada 30 Desember 2006.
(Sumber: Sang Pemimpin, Ready Susanto, Penerbit Bejana, 2010)